'PUTERI ANDANI'
Menurut cerita orang tua-tua, bahwa pada zaman dahulu kala, di pantai Utara daerah Kalimantan Barat (sekarang 'kabupaten Sambas') terdapat sebuah kerajaan yang diperintahkan oleh seorang raja yang kaya raya dan memiliki seorang putri yang bernama 'Puteri Andani'. Putri andani adalah seorang gadis yang memiliki wajah yang cantik rupawan bak bulan purnama, air diminum tampak berbayang, rambut bagai mayang terurai, bibir bagai delima merekah. Pokoknya cantiklah....
Karena memiliki ayaah seorang raja yang kaya raya, maka tidak mengherankan bila puteri ini selalu berpakaian yang indah-indah setiap harinya. Meskipun Puteri anak orang kaya tapi ia tidak sombong. Ia adalah tipikal orang yang pengasih dan penyayang terhadap sesama, jika ada orang miskin datang ke istana meminta sesuatu tidak pernah disuruhnya pergi. Segera dipanggilnya seorang hambanya, seraya titahnya: "Bungkuslah barang makanan untuk orang itu!" Hamba (pesuruh)nya lalu mengambil beras, ubi, pisang dan kelapa, kemudian dimasukkannya ke dalam karung. Sebelum karung itu di berikan kepada orang itu, diperiksanya terlebih dahulu oleh tuan puteri itu. Kalau tampak belum cukup, ditambahnya sendiri. Kadang-kadang diberinya uang dan pakaian sekedarnya.
Anak negeri memuji-muji budi pekerti tuan puteri itu. "Baik benar hati tuan puteri", kata mereka. :"kami amat sayang kepadanya".
Pada suatu hari puji-pujian itu terdengar oleh tuan puteri sendiri. Lama ia termenung memikirkan puji-pujian rakyatnya. Kemudian ia menyuruh memanggil mangkubumi, "wahai mangkubumi, apakah rakyat betul-betul sayang kepadaku? Apakah mereka itu benar-benar sayang kepaddaku ataukah mereka itu sayang karena pemberianku? ingin sekali saya hendak mengetahuinya. Jika sekiranya saya miskin, sayang jugakah mereka itu kepadaku?".
"Ampun tuan puteri," jawab mangkubumi. kemudian mangkubumi melanjutkannya lagi: "Tentang hal yang demikian pati kurang memastikannya". Kemudian puteri Andani berkata: "ingin rasanya saya bertemu dengan orang-orang yang benar-benar sayang kepadaku bukan dikarenakan oleh kekayaan saja".
"itu agaknya susah, tuan puteri", sembah patih mangkubumi. "semua orang tahu bahwa tuanku kaya raya".
"itulah yang sedang kupikirkan," kata tuan puteri itu. "Tetapi tidaklah ada yang lain untuk mengetahui hati dari mereka itu?" Lama mangkubumi itu tunduk memikirkannya. Kemudian berkatalah mangkubumi itu: "Ampun tuan puteri. Menurut pendapat patik, masih ada jalan yang dapat kita coba. Begini, sebaiknya tuanku mengenakan pakaian seperti orang miskin dan bergaul dengan rakyat. Dengan cara demikian tuanku dapat mengetahui ada atau tidaknya diantara mereka yang sungguh-sungguh sayang keapada tuanku".
"Yaaaaa.... nampaknya cara itu baik juga dicoba", kata puteri itu. ia pun segera pergi kepada ayah bundanya untuk menyampaikan maksudnya itu. Setelah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya, lalu ia masuk kekamarnya untuk berganti pakaian.
Seorangpun tidak ada yang mengenal Puteri Andani ketika ia keluar dari 'istana'. Ia berjalan keseluruh negeri itu. Ia pun tidak membawa uang maupun makanan. Jadi jika ia lapar, haruslah ia minta makan kepada penduduk. Tetapi apa yang dikatakan penduduk kepadanya? "Kami sendiri miskin. Pergilah kepada puteri Andani. Ia kaya raya dan suka memberi sedekahn. Kami tidak dapat memberi apa-apa kepadamu".
Sedih sekali hati puteri Andani mendengar kata-kata penduduk. Padahal penduduk yang berkata seperti itu bukanlah orang miskin. "Alangkah kikirnya mereka itu". pikirnya. "Rupanya mereka itu hanya sayang kepada pemberian tuan puteri saja".
Akhirnya sampailah ia ketepi laut. Dilihatnya ombak bergulung-gulung, kemudian menghempas ke batu karang yang ada di tepi laut Cina Selatan itu. Bergemuruh bunyinya. Angin laut bertiup kencang, sehingga baju dan rambut tuan puteri melambai-lambai.
Dalam keadaan letih dan kecewa, Puteri Andani duduk pada sebuah batu besar. Perutnya berbunyi karena lapar. Tidak ada seorangpun yang ia makan sehari-harian itu. Air matanya jatuh berlinangan bila mengingat kelakuan penduduk negerinya yang kikir dan tidak suka membantu orang lain. "Kalau saja mereka itu tahu siapa yang meminta makanan itu, tentulah tidak demikian kelakuannya", pikir tuan puteri. "Tentulah mereka bermanis muka, supaya makin banyak mendapatlan uang dariku". Setelah beberapa lama ia duduk di batu itu, tiba-tiba ia dikejutkan oleh munculnya seekor kelinci dari balik batu-batu yang berada di sebelahnya. Puteri Andani memandangnya seperti mata manusia. Beta kagetnya tuan puteri ketika kelinci itu berkata: "Engkau sedih? Mengapa engkau bersedih hati?".
"Ya, saya sangat lapar", jawab Puteri Andani spontan. "Kasihan, nanti kuambilkan makanan", kata kelinci itu, lalu ia pergi ke semak-semak. Dilihat oleh tuan puteri kelinci itu berjalan pincang. RUpanya kakinya luka sebelah. "KAsihan!" Katanya dalam hati. Ketika itu kelinci itu sudah kembali. "ini ada makanan", katanya. Diletakkannta di hadapan Puteri itu dua tangkai buahan hutan yang ia bawa dengan mulutnya. "Nanti kuambilkan yang lain", katanya.
Puteri Andani pun mengunyah-ngunyah buahan itu. Belum pernah ia mencoba makanan seperti itu, tetapi karena laparnya, enak juga rasanya. Tidak lama kemudian kelinci itu membawa tebu. "Sedaaaaaaaaaaaapppppppppp!" kata tuan puteri. "Kulihat kakimu luka. Mari kubalut sebentar". Ia pun menyobek bajunya sedikit, lalu dibalutnya luka itu. "Terima kasih", kata kelinci itu. "Saya yang harus berterima kasih", sahut tuan puteri. "Baik benar engkau kepadaku. kalau tidak ketemu denganmu, tentu sampai saat ini saya belum makan, dan rasanya suka benar aku bersahabat dengan engkau".
Baru saja tuan puteri selesai bicara, tiba-tiba terjadilah sesuatu kejadian. Kelinci itu lenyap dan dihadapan puteri Andani kini berdiri seorang anak raja yang gagah. "jangan takut!" seru anak raja itu. "Akulah kelinci yang tadi. Dengarkan ceritaku! Beberapa tahun yang lalu aku berburu di kawasan ini. Aku terpisah dari para pengiringku, lalu bertemu dengan jin penghuni Laut Cina Selatan. Jin itu menyumpahku menjadi seeor kelinci, sampai adaa orang berkata kepadaku seperti yang dikatakan oleh puteri tadi: "Rasanya suka benar aku bersahabat dengan engkau". "Itulah sebabnya, aku menjadi manusia kembali. Aku sangat berhutang kepadamu. Maukah engkau kubawa ke negeriku di pedalaman? disana engkau tidak akan kelaparan lagi. Apa yang engkau kehendaki akan disediakan".
Puteri Andani tercengang saja memandangi anak raja itu. Lama baru ia dapat berkata: "Ah, belum tentu saya dapat mengikuti", katanya. "Saya tinggal disitu, di istana negeri itu. Sebenarnya saya tidak miskin. Saya memakai pakaian ini, karena hendak mengetahui, adakah orang yang kasihan kepada saya atau tidak. Maksud saya kasihannya itu semata-mata kepada diri saya, bukan karena memandang harta saya. Engkau rupanya yang sayang kepada saya. Meskipun engkau tidak tahu siapa saya, engkau baik kepada saya, engkau menolong saya sedapat-dapatnya"...
Mendengar perkataan puteri andani anak raja pedalaman itu heran. "Ajaib", Katanya. "Dengan tidak mengetahui asal-usul, kita sekarang sudah bersahabat karib. Sebetulnya itulah persahabatan yang sejati. Orang yang bersahabat tidak memandang harta. Bukankah begitu Puteri Andani?"
"Ya" jawab puteri Andani. " Saya senangg benar mendapat sahabat sejati". Saya juga begitu", kata anak raja itu.
Kemudian keduanya masuk ke dalam negeri dan langsung menuju ke istana. Puteri Andani menceritakan kepada ayah bundanya. Alangkah senangnya hati baginda dan permaisuri: Pada hari itu diadakan pesta besar dalam negeri itu. Tuan puteri menceritakan ihwalnya kepada rakyat, tentang apa yang telah terjadi. Smua masyarakatnya tahu siapa perempuan miskin yang minta makan kepada mereka. Mereka malu atas segala perbuatannya. Mereka berjanji akan merubah prilakunya dan akan berbuat baik kepada orang miskin dan melarat.
Lalu, Puteri Andani dinikahkan oleh baginda dengan anak raja pedalaman itu, dan keduanya hidup selamat dan berbahagia.
#Happy Ending :)
Sumber: Syahzaman (Buku Cerita-cerita rakyat dari Kalbar)